Sudah Terujikah Iman Kita...?

Sudah Terujikah Iman Kita...?
Pada kesempatan kali ini, marilah kita merenungkan salah satu firman Allah SWT dalam surat Al-‘Ankabut ayat 2 dan 3: 

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta".

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu konsekuensi pernyataan iman kita, adalah kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah SWT kepada kita, dan untuk membuktikan sejauh mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman.

Apakah iman kita itu betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati kita, ataukah hanya sekedar ikut-ikutan saja sehingga tidak tahu arah dan tujuannya, ataukah pernyataan iman kita itu hanyalah didorong oleh kepentingan sesaat saja.

Yaitu ingin mendapatkan kemenangan akan tetapi tidak mau menghadapi kesulitan, seperti yang digambarkan Allah SWT dalam surat Al-Ankabut ayat 10:
Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah.

Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguh-nya kami adalah besertamu. ”Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia”?

Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!

Bila kita sudah menyatakan bahwa kita beriman dan kita mengharapkan manisnya buah daripada iman yang kita miliki yaitu Surga Firdaus sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala :

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah Surga Firdaus menjadi tempat tinggal". (Al-Kahfi 107).

Maka marilah kita harus bersiap-siap untuk menghadapi ujian yang berat, yang akan diberikan Allah kepada kita, dan bersabarlah manakala ujian itu datang menghampiri kita. Maka di dalam hal ini, Allah Swt memberikan sindiran kepada kita, kepada orang-orang yang ingin masuk Surga, akan tetapi tanpa melewati ujian yang berat.

Apakah kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian?
Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama-nya: 

“Bilakah datangnya pertolongan Allah?”Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah [2] : 214).

Rasulullah SAW mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang terdahulu didalam rangka memperjuangan dan mempertahankan aqidah serta iman mereka, sebagaimana dituturkan kepada shahabat Khabbab Ibnul Arats Radhiallaahu anhu.

... Sungguh telah terjadi kepada orang-orang sebelum kalian, ada orang yang di sisir dengan sisir besi (sehingga) terkelupas daging dari tulang-tulangnya, akan tetapi itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada pula orang yang diletakkan di atas kepalanya gergaji sampai terbelah dua, namun itu tidak memalingkan dari agamanya... (HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, cet. Dar Ar-Royyan, Juz 7 hal. 202).

Cobalah kita renungkan, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita....? cobaan apa yang telah kita alami dalam mempertahankan iman kita? Apa yang telah kita korbankan untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita...? 

Bila kita memperhatikan perjuangan Rasulullah SAW dan orang-orang terdahulu dalam mempertahankan iman mereka, dan betapa pengorbanan mereka dalam memperjuangkan iman mereka, mereka rela mengorbankan harta mereka, mereka rela mengorbankan tenaga mereka, mereka rela mengorbankan pikiran mereka, bahkan nyawapun mereka korbankan untuk itu. 

Rasanya iman kita ini belum seberapanya atau bahkan mungkin tidak ada artinya apa-apa, bila dibandingkan dengan iman mereka. Apakah kita tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah ,sementara pengorbanan kita sedikit pun belum pernah ada...?

Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah!

Ujian yang diberikan oleh Allah kepada umat manusia itu berbeda-beda caranya. Dan ujian dari Allah itu bermacam-macam bentuknya, maka dalam kesempatan siang ini, akan saya sampaikan, setidak-nya ada empat macam ujian yang telah dialami oleh para pendahulu kita:

Yang pertama: Ujian yang diberikan oleh Allah kepada umat manusia yaitu dalam bentuk perintah untuk dilaksanakan, seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim As, untuk menyembelih putranya yang sangat dicintainya. 

Ini adalah satu perintah yang betul-betul berat dan mungkin tidak masuk akal,
bagaimana seorang bapak harus tega menyembelih anaknya yang sangat dicintainya, padahal anaknya itu tidak melakukan kesalahan apapun. Sungguh ini ujian yang sangat berat sehingga Allah sendiri mengatakan:

"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata". (Ash-Shaffat 106).

Disinilah kita bisa melihat bagaimana kualitas iman Nabi Ibrahim As yang benar-benar sudah tahan uji, sehingga dengan segala ketabahan dan kesabarannya, perintah yang sangat beratpun ia jalankan.

Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita, karena sebagaimana kita rasakan dalam kehidupan kita, banyak sekali perintah-perintah Allah yang dianggap berat bagi kita, namun dengan berbagai alasan kita selalu berusaha untuk tidak melaksanakannya.

Yang kedua: Ujian yang diberikan oleh Allah kepada umat manusia dalam bentuk larangan untuk ditinggalkan, seperti halnya apa yang terjadi pada Nabi Yusuf As, tatkala beliau diuji dengan seorang perempuan yang cantik, istri seorang pembesar di Mesir yang mengajaknya untuk berbuat zina. 

Namun Nabi Yusuf As membuktikan kualitas imannya, ia berhasil meloloskan diri dari godaan perempuan itu, padahal sebagaimana pemuda pada umumnya iapun mempunyai hasrat yang sama kepada wanita itu . Namun ia berhasil menolak bujuk rayu perempuan itu. Ini artinya apa...? artinya ia telah lulus dari ujian atas imannya itu.

Sikap Nabi Yusuf As ini perlu kita teladani, terutama oleh para pemuda Muslim di zaman sekarang ini, di saat pintu-pintu kemaksiatan terbuka lebar, lokasi-lokasi pelacuran merebak di mana-mana, minum-minuman keras dan obat-obat terlarang sudah merambah ke berbagai lapisan masyarakat, bahkan sampai-sampai anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar pun, sudah ada yang kecanduan dengan barang haram tersebut.

Perzinahan seakan-akan sudah menjadi barang biasa bagi para pemuda, sehingga tidak heran bila menurut sebuah penelitian, bahwa di kota-kota besar, enam dari sepuluh remaja putri sudah tidak perawan lagi.

Dan akibatnya apa...? akibatnya adalah setiap tahun sekitar dua juta bayi dibunuh dengan cara aborsi, atau dibunuh beberapa saat setelah si bayi itu lahir. Keadaan seperti itu diperparah dengan semakin banyaknya media cetak yang berlomba-lomba memamerkan aurat wanita, juga media elektronik dengan acara - acara yang sengaja dirancang untuk membangkitkan gairah seksual para remaja.

Maka pada saat seperti inilah sikap Nabi Yusuf As perlu ditanamkan dalam dada para pemuda Muslim. Para pemuda Muslim harus selalu siap siaga menghadapi godaan demi godaan yang akan menjerumuskan dirinya ke jurang kemaksiatan.
Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!

Yang ketiga: Ujian yang diberikan oleh Allah kepada umat manusia, yaitu dalam bentuk musibah seperti terkena penyakit, ditinggal kematian orang yang dicintai dan lain sebagainya. 

Sebagai contoh, Nabi Ayyub As yang diuji oleh Allah dengan penyakit yang sangat buruk sehingga tidak ada sebesar lubang jarum pun dalam badannya yang selamat dari penyakit itu selain hatinya, seluruh hartanya telah habis tidak tersisa sedikitpun untuk biaya pengobatan penyakitnya dan untuk nafkah dirinya, seluruh kerabatnya meninggalkannya, tinggal ia dan isterinya yang setia menemaninya dan mencarikan nafkah untuknya. 

Musibah ini berjalan selama delapan belas tahun, sampai pada saat yang sangat sulit sekali baginya ia memelas sambil berdo’a kepada Allah:

“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayuub ketika ia menyeru Tuhan-nya;”
Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan”. (QS Shaad 41).

Dan ketika itu Allah memerintahkan kepada Nabi Ayyub As untuk menghantamkan kakinya ke tanah, maka kemudian keluarlah mata air dan Allah menyuruhnya untuk meminum dari air itu, kemudian hilanglah seluruh penyakit yang ada di bagian dalam dan luar tubuhnya. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 52).

Begitulah ujian Allah kepada NabiNya, masa delapan belas tahun ditinggalkan oleh sanak saudara merupakan perjalanan hidup yang sangat berat, namun di sini Nabi Ayub As membuktikan ketangguhan imannya, tidak sedikitpun ia merasa menderita dan tidak terbetik pada dirinya untuk menanggalkan imannya. 

Iman seperti ini jelas tidak dimiliki oleh banyak saudara kita yang tega menjual iman dan menukar aqidahnya dengan sekantong beras dan sebungkus Indomie, karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup, yang mungkin tidak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Nabi Ayyub As ini.

Sidang jamaah Jum’at rahima kumullah

Yang keempat: Ujian lewat tangan orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak menyenangi Islam. Apa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya , terutama ketika masih berada di Mekkah, kiranya cukup menjadi pelajaran bagi kita, betapa keimanan itu diuji dengan berbagai cobaan yang berat, yang menuntut pengorbanan harta benda bahkan nyawa.

Di antaranya apa yang dialami oleh Rasulullah di akhir tahun ketujuh kenabiannya, ketika orang-orang Quraisy bersepakat untuk memutuskan hubungan apapun dengan Rasulullah SAW beserta Bani Abdul Muththolib dan Bani Hasyim yang melindunginya, kecuali jika kedua suku itu bersedia menyerahkan beliau untuk dibunuh. 

Bahkan Rasulullah SAW bersama orang-orang yang membelanya terkurung selama tiga tahun, mereka mengalami kelaparan dan penderitaan yang sanghat hebat. (DR. Akram Dhiya Al-‘Umari, As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 182).

Juga apa yang dialami oleh para shahabat-sahabat beliau tidak kalah beratnya, seperti apa yang dialami oleh Yasir dan istrinya Sumayyah, dua orang pertama yang meninggal di jalan dakwah selama periode Mekkah. 

Juga Bilal Ibnu Rabah Radhiallaahu anhu yang dipaksa memakai baju besi kemudian dijemur di padang pasir di bawah sengatan terik matahari, kemudian diarak oleh anak-anak kecil mengelilingi kota Mekkah dan Bilal pun hanya bisa mengucapkan “Ahad, Ahad” (DR. Akram Dhiya Al-Umari, As-Siroh An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 154-155).

Masih banyak kisah-kisah lain yang menunjukkan betapa pengorbanan dan penderitaan mereka di dalam rangka mempertahankan iman mereka. Namun penderitaan itu tidak sedikit pun mengendorkan semangat Rasulullah dan para shahabatnya untuk terus berdakwah di jalan Allah dan menyebarkan Islam.

Musibah yang dialami oleh saudara-saudara kita umat Islam di berbagai tempat dan belahan dunia yang lainnya sekarang ini, akibat kedengkian orang-orang kafir, adalah ujian dari Allah kepada umat Islam di sana, sekaligus sebagai pelajaran berharga bagi umat Islam di daerah-daerah lain. 

Umat Islam sekarang ini sedang diuji, sejauh mana ketahanan iman mereka menghadapi serangan orang-orang yang membenci Islam dan kaum Muslimin.

Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!

Kita berdo’a mudah-mudahan saudara-saudara kita yang gugur dalam mempertahankan aqidah dan iman mereka, akan dicatat pengorbanannya itu oleh malaikat sebagai para syuhada di sisi Allah. Amin.

Dan semoga umat Islam baik yang ada disini ataupun yang berada di daerah lain, bisa mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa ini, sehingga mereka tidak lengah menghadapi orang-orang kafir dan selalu berpegang teguh kepada tali ajaran Allah serta selalu siap sedia untuk berkorban dalam mempertahankan dan meninggikannya, karena dengan demikianlah pertolongan Allah akan datang kepada kita, sesuai dengan janji Allah :

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad: 7).

Barokallahu li walaquum...

***

Related Posts: